PENGARUH NILAI
PANCASILA TERHADAP PUISI
BUSTAN BASIR MARAS
DALAM BUKU PUISI MATA AIR MATA DARAH
Makalah
Disusun
dan Diajukan
Guna
Memenuhi
Tugas
Akhir Semester
I
pada Matakuliah Bahasa Indonesia
Oleh
ARDA
DWI RAHAYU (1123101033)
DAKWAH/
1 BKI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Kritik sastra
memiliki peran sebagai jalan penghubung antara penikmat sastra dengan
sastrawan. Kritikus sastra memiliki sumbangan dalam bidang pemikiran dan
analisis yang bisa menimbukan minat baca penikmat sastra terhadap sastra
tersebut.disini kritikus sastra berperang sebagai pemandu dalam menikmati
sastra.
Kritik sastra
dapat pula difungsikan sebagai panduan bakat bagi penulis sastra muda dan dapat
mematangkan penulis yang sudah lebih dahulu berkecimpung dalam dunia sastra.
Dalam mengemban
tugas sebagai kritikus sastra seorang kritikus dituntut memiliki rasa tanggung
jawab dan kejujuran terhadap proses kritik terhadap sastra tentunya bersumber
pada hati nuraninya sendiri.
Kreatifitas
sastra beratmosirkan ruang sosial yang mampu mempengaruhi pergerakan masyarakat
penikmat sastra pada jamannya.disadari atau tidak sastra yang muncul banyak
dipengaruhi oleh keadaan politik, dan ini menimbulkan apresiasi masyarakat
terhadap perubahan-perubahan politik yang tidak normal.
Politik
Indonesia berarti membincangkan Orde Baru dan Reformasi sama halnya membahas
tentang warna Pancasila, dan membahas tentang pancasila tidaklah lengkap tanpa
melihat lebih dalam apa itu Pancasila. Dalam konteks kenegaraan Indonesia,
pancasila diposisikan sebagai suatu asas kerihanian negara, sehingga merupakan
suatu sumber nilai, norma, dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara.
Jika kita tarik
kebelakang saat gulingnya rezim
Suharto unsur Pancasila dalam hal ini persatuan sangat menjadi penentu
keberhasilan perubahan. Disisi lain perkembangan sastra sangat kental
menyuarakan semangat persatuan dan semangat Pancasila Bukan hanya sebagai sastra
belaka namun didalamnya terkandung suara suara rakyat tentang dasar negara yang
dapat dijadikan sebagai bahan bakar semangan reformasi bangsa.
Muncul sebuah
nama sastrawan lintas pergerakan Bustan Basir Maras sastrawan yang gencar
membakar semangat pergerakan jiwa muda Indonesia melalui puisi-puisinya yang
bernada pancasilais.seberapa dekatkan pancasila dengan Bustan Basir Maras dapat
dilihat dari puisi puisinya dalam buku Mata Air Mata Darah.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang didalamnya berisikan lima dasar rumusan asas dasar negara yang
rumusannya sebagai berikut:
1. Ketuhanan
yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Persatuan
Indonesia.
4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Berikut
ini dijelaskan secara singkat pengaruh luhur nilai Pancasila dalam karya-karya Bustan
Basir Maras
1. Faktor Ketuhanan
Dalam berbangsa dan
bernegara dewasa ini terutama setelah runtuhnya rezim Orde Baru[1],
bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang
kuat agar tidak terombang ambing di tengah-tengah masyarakat internasional.
(H.Kaelen, 2010:13)
Dimasa peralihan orde baru ke masa Reformasi
seperti sekarang ini, demonstrasi dijadikan sebagai alat perubahan. Melalui
demonstrasi suara rakyat disampaikan ke muka umum yang harapannya akan
mendapatkan respon positive dari
pemimpin bangsa. Tak tertinggal sebait puisi dari “Doa Seorang Demonstran”
mengiringi demonstrasi mereka
tuhanku
genggamlah
setiap gelora-gelora di dadaku ini
lalu hempaskanlah
segala duka di negeri
yang karam ini
Tidaklah terlalu jelas jika hanya
membaca sepengal puisi ini namun disini tersirat betapa menyedihkan keadaan
Indonesia saat itu yang duka. Membaca kata karam mengingatkan masa 1998 saat
Indonesia terjebak dalam krisis moneter.
Dalam do’a itu mengisyaratkan kepada
rakyat untuk berjiwa pancasila yang berketuhanan.
dan di luar
anak-anakmu bersarang di kegelapan
di tubuhnya bersarang timah panas-peluru ganas
jantung melepuh, darahnya menggenangi kota-kota
Demi sebuah kata Reformasi anak-anakmu
berjuang,bergotongroyong, berduyun-duyun turun kejalan menghadang peluru.
Menandakan sifat partiotis yang ini merupakan bagian dari sila ketuhanan.
di negerimu yang kuburnya dilingkupi pinus
anak-anak memikul tandu-tandu
bertasbih di antara pohon bambu-bambu
melayat ke kubur bangsanya sendiri
walau malu-malu, namun mereka
tak pernah ragu
Secara semiotika kata tandu, kubur dan
melayat menjelaskan tentang sebuah kematian yang menimpa pejuang bangsa,
kematian ini menunjukan adanya kekuasaan tuhan tentang hidup dan matinya umat.
2. Faktor
kemanusiaan
Didasari sila ketuhanan
maka sila kemanusiaan muncul dan diangkat sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi puisi-puisi karya Bustan Basir Maras, karena hakikatnya manusia
adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa sehingga sila kedua ini haruslah berdasarkan
pada sila pertama yakni sila ketuhanan yang Maha Esa. (H.Kaelen, 2010:64)
Nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung pengertian
bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil
terhadap lingkungan serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Konsekuensinya nilai
yang terkandung dalam kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung
tinggi harkat manusia yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai
atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status
sosial maupun agama.
Kemudian seperti apa
pengaruh aspek kemanusiaan yang didasarkan pada ketuhanan ini dalam sastra
karya Bustan Basir Maras terangkai dalam bait puisi berjudul “Dilema Kehidupan”
sebab itu
kucari hutan dan juga
rimba belantara
sebab disini, kuda-kuda dilepas begitu saja
seperti ikan-ikan di samudra luas
dan juga di sungai yang deras
berlari bebas, menyingsing dan terhampar
di padang-padang hijau
hingga ke tepi hutan belantara
yang rimbun sekalipun
Pemaknaan secara awam tidaklah merasakan
betapa Bustan Basir Maras menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam puisi
tersebut, namun jika diartikan secara lebih dalam dengan metode metafora[2].
Contoh konkretnya ialah pemaknaan kuda-kuda dilepas begitu saja
dimaksudkan ialah manusia yang bebas menentukan jalannya sendiri atau lebih
tepatnya dibebaskan melakukan hak-haknya sebagai manusia.kemudian dilanjutkan
kebaris berikutnya yang muncul klimat “Seperti ikan-ikan di samudra luas” ini
menunjukan penyamaan hak dari kuda dan ikan meskipun ada perbedaan tempat.
3. Faktor Persatuan
Membahas
tentang persatuan bangsa tidak lengkap tanpa membawa nama Gajah mada yang
bersumpah mempersatukan nusantara dalam satu haluan majapahit.(Slamet
muljana,2005:249)
Selaras
dengan bustab basir maras persatuab juga menjadi sumber inspirasinya dalam
bersastra seperti yang tertuang dalam puisi “orang-orang jurug” terlihat dalam
bait kedua
maka
kuatkanlah pada mereka
datanglah!
mari
kita obati sesama luka
kita
basuh peluh dan darah di pipi yang legam
lalu
kita kubur di tanah yang sama
Dalam
potongan puisi ini benar benar terasa persatuannya saat membaca “mari kita
obati sesama luka” bayangkan dalam pengobatanpun dilakukan secara bersama sama.
Tidak hanya itu sampai sanpai saat matipun dikuburkan dalam tanah yang sama.
4.
Faktor
Kerakyatan
Dalam kerakyatan ini
terdapat kepemimpinan yang dipegang oleh rakyat membahas mengenai kekuasaan
mengarahkan penulis pada sebuah kata bijak yang dikatakan oleh Robert Haris
yang berbunyi “kalau kau ingin kekuasaan ada saatnya kekuasaan harus kau rebut”
(Eko prasetyo,2009:iv)
Hakikatnya rakyat
merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa yang bersatu
dan bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suati
wilayah.(kaelan,2010:82)
Jiwa pemimpin dan
pemersatu dalam diri Bustan Basir Maras terlihat dalam puisi “kamar kecil
Nusantara” tepatnya bait ke empat
Indonesia
Ya, Indonesiaku!
Bangkitlah dari tidur panjangmu
Yang selalu digerogoti rayap-rayap zaman
Kepalkan tinjumu ke cakrawala
Mari, hai, kemarilah!
Kita berdiri ditanah
yang sama
Kata bangkitlah dari tidur pajangmu
bernadakan ajakan melawan setelah lama terdiam dibawah penguasa. Seolah
mengajak melawan dengan mengepalkan tangan berdiri bersama melawan penindasan.dari
sini pembaca dibawa ke dalam “Sajak untuk Kawan R”2” tepatnya bait terakhir
yang terasa membakar semangat.
Maka susunlah barisan
Tegap dan garang didepan
Berdirilah di barisan pertama
Tetap, tentang matahari-cakrawala
Dan teriakan saja yang lantang
Engkau kawanku:
“mendidik rakyat dengan pergerakan
Mendidik penguasa dengan perlawanan”[3]
5.
Faktor
Keadilan
Menurut John Rawls, keadilan merupakan
suatu nilai yang mewujudkan keseimbangan antara bagian-bagian dalam kesatuan,
antara tujuan pribadi dan tujuan bersama.(Theo huijbers, 1988:198) kemudian
kaitannya dengan Pancasila nilai keadilan
ini harus mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negara serta adil
melindungi warganya dan seluruh wilayah pemerintahannya dan tidak kalah penting
mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai keadilan tersebut sebagai
dasar pergaulan sosial dalam masyarakat itu sendiri dan yang demikian itu yang
dinamakan dengan keadilan sosial.(H.Kaelen, 2010:84)
Bustan Basir Maras menunjukan keadilan
pada potongan bait “Darah Anak-Anak Tuhan”
Mereka menadahkan
tangan
Mulut mereka
berkata-kata
Yang
dianggap adil adalah keseimbangan antara tangan yang menegadah mengharapkan
sesuatu, dan diiringi kata-kata yang keluar dari mulut berupa doa
“Berilah kami buku dan pena,juga
hutan rimbun dan samudera lepas
agar kami lebih punya arti!”
sekali lagi muncul kalimat yang mengarah
ke kandungan dari keadilan yakni masuk dalam ranah mencerdaskan warga negara,
yang muncul melalui kata buku dan pena.
BAB
III
PENUTUP
Dari beberapa
bukti yang mengarah pada dugaan awal kepada Bustan Basir Maras(Sulawesi
Selatan, 12 september 1979) dalam hatinya yang pernah bergabung dengan Sanggar Studi Sastra Dan Teater Sila
(SSST SILA) ini, memiliki kecenderungan mencari inspirasi dari kandungan dalam
dasar Negara Republik Indonesia
Hal yang senada
terbukti dalam buku kumpulan puisinya berjudulkan Mata Air Mata Darah yang didalamnya terangkum ouisi Bustan Basir Maras sejak tahun 1998
hingga tahun 2002, yakni masa dimana gejolak pemberontakan Orde Baru dan masa
uji coba Reformasi pemerintahan Indonesia
DAFTAR
PUSTAKA
Basir Maras, Bustan. 2004. Mata Air Mata Darah. Yogyakarta:
Bukulaela.
Huijbers, Theo. 1988. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,Yogyakarta:
Kanisius.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Muljana, Slamet. 2005. Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Majahit.
Yogyakarya: LKiS Yogyakarta
Prasetyo, Eko. 2009. Kaum Miskin Bersatulah. Yogyakarta:
Nailil Printika.
Wachid
B.S., Abdul. 2010. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta: Cinta Buku.
No comments:
Post a Comment